Minggu, 26 Januari 2014

Ketidakmungkinan yang aku semogakan

Hangatnya senyuman dibalik senja, Sempat meruang dalam hening ketika aku hilang dari hidup yang nyata. Tetiba suara merdu itu menjadi langka. Di dalam bumi dia mencari. Aku tersadar bahwa mungkin dia sedang tertatih. Tangan ini yang terulur memang tak sanggup untuk menggapai. Gadis serupa senja memang sempat hadir, dan aku sempat tak sadar. Kami pernah berjalan menyusuri desa menuju taman kota. Menelusuri wilayah perbukitan, untuk kemudian ia menyebutnya bukit bintang. Malam ini milik kita. Disitulah cinta terealisasi. Dan hanya sesaat, setelah itu usai. Didalam sini, bukit bintang itu tetap ada. Walau pemiliknya sudah melupakannya. Hampir setiap malam aku selalu hadir disana, sekedar untuk mengulang setiap peristiwa. Ingatan ini tidak berkarat. ingatan ini masih menjadi berlian yang selalu berharga. Bukan berharap, tapi nanti setiap peristiwa adalah sejarah. Dan aku hidup dalam bayang-bayang. Terlihat munafik dengan gengsi pria yang tinggi ketika kata itu terucap.. Luka yang terlalu dijaga akan menciptakan kebohongan. Tangis akan meluap dikala menyambut malam. Hanya karena luka dan gengsi seorang pria. Aku pernah berjanji untuk tak akan mengganggunya lagi. Sudah dua kali aku ciptakan duka pada seorang wanita. Tidak untuk ketiga kalinya, karena dia harus bahagia. Dan seorang pria, saat ini, mengalami kegundahan akan janjinya, telah datang padanya ketidak pastian antara pikiran dan hati.. Jadi apakah ini masalah gengsi - luka seorang lelaki. Ataukah masalah kejujuran yang harus diluapkan? Senja akan tetap ada, sekalipun dia sudah tiada.. ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar